Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Racauan Pasca Natal (2)

1. Saya suka dengan hubungan Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh. Menurut saya itu menguji keseriusan hubungan seseorang, mau gak mati-matian mempertahankan hubungan yang memiliki jarak. 2. Skin-ship dalam sebuah hubungan itu penting. Penting sekali. Entah sekedar genggaman tangan, pelukan erat, cuddling, atau ciuman hangat. 3. Saya pernah berpikir untuk memiliki anak tapi tanpa suami. Iya, adopsi. 4. Pacaran (lagi) belum menjadi prioritas saya. Tidak tahu ya, mungkin untuk sekarang berteman tanpa batas lebih terdengar menyenangkan. 5. Saya bisa menghabiskan aktu lebih dari 12 jam di depan layar laptop atau komputer. 6. Saya pemaaf, tapi selalu ingat apa pun yang orang lain pernah lakukan terhadap saya. Sekecil apa pun. Seperti dulu, saya punya teman yang sekarang menjadi salah satu orang terdekat saya. Padahal dulu pada saat masa orientasi kuliah, dia tidak pernah berpikir untuk mengajak saya kenalan. Iya, dia lebih memilih untuk berkenalan dengan perem

Racauan Pasca Natal

Gak tahu sih mau menulis apa, sepertinya akan meracau saja hari ini. Meracau tentang apa yang memang ada di pikiran. Sekarang saya sedang di rumah yang ada di Tangerang Selatan, rumah orang tua saya. Iya, saya sedang liburan karena Natal dan Tahun baru. Oh iya, Selamat natal bagi kia semua dan semoga Tuhan Yesus selalu menyertai kita dimana pun kita semua berada. Senang sekali natal kali ini saya bisa merayakannya bersama keluarga besar, walaupun keluarga saya bukan tipe yang akan makan duduk bersama  dan berdoa bersama. Hal ini disebabkan karena, sederhananya, keluarga kecil saya tidak lagi merayakan Natal. Ada alasan sendiri di balik hal tersebut. Namun, saya pribadi sangat menyukai suasana natal dan merayakannya secara pribadi. Jadi malam natal, atau yang dikenal sebagian besar orang sebagai "Christmas Eve" tahun ini saya merayakannya dengan teman-teman gereja saya di rumah salah satu penatua gereja. Saya bertemu sahabat saya Madeline yang memang selalu saya rindukan kar

Suara

Bagaimana bisa mendengar suara seseorang melalui lagu yang ia nyanyikan dapat membuat air mata kita langsung menggenang? Seakan suara itu benar-benar berbisik tepat di kuping kita. Seolah-olah suara tersebut memang terucap untuk kita dan menciptakan kata hanya untuk kita. Bagaimana bisa suara itu terasa begitu dekat padahal ia berada ratusan kilometer jauhnya? Seakan sang pemilik suara berada tepat di depan kita. Seolah-olah ia sedang berada di hadapan kita dan menyanyikan lagu tersebut hanya untuk kita. Bagaimana bisa pemilik suara itu kamu? Kamu siapa sehingga bisa membuat saya menangis? Entah karena bahagia atau merindu.

Yes, you are...

You are the sugar to my black coffee that make it better than ever. You are the blueberry jam to my toast that I will never resist. You are the ink to my pen that help me to create those beautiful words. You are the lights to my Christmas tree that make it more beautiful and mesmerizing. And finally, you are the blanket to my bed that I can count on when I’m cold and keep me comfortable. You complete me.

I don't know

Am I going to make the same path again? The same mistake? Or is it going to be a mistake only if I see it as a mistake? I do not know. As far as I know, I like what happened to me. Whatever..

Halo, Desember!

Merasakan jatuh cinta, lalu patah hati. Merasakan bagaimana harus bertahan dan mengendalikan diri sendiri. Merasakan rasanya jauh dari teman-teman terdekat, lalu menemukan sahabat-sahabat baru. Merasakan bagaimana rasanya berjuang sendiri, lalu merasakan juga rasanya didukung oleh orang-orang yang di luar perkiraan. Merasakan bagaimana rasanya ditolak, lalu ada yang memeluk dengan tangan terbuka. Merasakan bagaimana rasanya dibohongi, lalu dihujani dengan kejujuran dari banyak orang. Merasakan sakitnya jatuh karena ditinggal, lalu ada saja yang kembali mengulurkan tangannya untuk mengangkat kembali tubuh ini. Merasakan bagaimana jatuh cinta lagi, patah hati lagi, jatuh cinta lagi, dan patah lagi. Merasakan luka di hati, lalu ada yang membalut luka itu sehingga tidak tersisa kepahitan. Merasakan bagaimana menjauh dari Tuhan, lalu kembali ditarik supaya mendekkat. Tapi dalam segala perkara, aku tidak pernah dibiarkan-Nya sampai tergeletak. Terima kasih, Bapa Sorgawi telah mengantarkan

Surat Seruni

Sehari setelah kejadian itu, aku menemukan beberapa lembar surat dalam laci meja belajarnya.   Dalam setiap suratnya, aku dapat merasakan sakit hati yang ia rasakan. Setiap lembarnya telah aku baca. Setiap katanya telah aku ingat. Hanya menangis yang dapat kulakukan setelah aku mengetahui betapa anakku membenciku. Betapa ia memendam dendam yang begitu dalam kepadaku, begitu lamanya. Semua itu memang karena kesalahanku , kesalahan yang telah menyakiti hatinya dan hati ayahnya. Kembali kubaca surat yang ditulisnya pada hari dimana hal itu terjadi… *** Aroma cokelat yang tercium dari ruang tamu mengingatkan aku akan masa kecilku. Wanginya yang manis dan menyegarkan membawaku kembali ke masa dimana ayah selalu memanjakan aku dengan sekotak coklat Toblerone yang lembut dan caramel yang banyak. Menyenangkan. Karena itu aku mengutuk hari ini, esok, dan seterusnya.  Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, namun aku memang sudah muak akan dunia ini. Nasibku yang begitu malang dan segala

Pesona Pagi

Ketika cahaya matahari menembus tirai jendela, memberikan pancarannya yang hangat langsung menuju kedua kelopak mata, aku pun tersentak bangun. Mungkin bukan tersentak, namun secara sadar aku bangun. Aku bangun dari istirahat panjangku. Aku bangun dari tidurku yang lelap. Aku bangun dari mimpi-mimpi yang membuai sepanjang aku memejamkan mata. Aku bangun dari setumpuk khayalan. Oh....kenyataan. Kenapa juga aku harus terbangun? Kenapa juga aku harus meninggalkan mimpi-mimpiku semalam? Kenapa? Haaaah...lelah. Lalu kutengok jendela di sebelah tempat tidurku, yang menyelipkan jutaan cahaya matahari, yang menyebabkan aku terbangun, yang menyebabkan aku harus menjalankan kembali rutinitasku. Sejenak aku hendak mengumpat, memarahi sang jendela yang mengijinkan cahaya-cahaya itu rembes melalu tirai. Sejenak aku hendak memaki! Namun ketika aku menajamkan penglihatanku ke luar jendela sana, terlihat burung-burung berkicau di atas genting rumah tetangga. Mereka melompat-lompat kecil, bercengkram

Sekedar Tulus

Saya kembali belajar tentang hal yang sebenarnya tidak terlalu baru namun hari ini saya diingatkan untuk kesekian kalinya bahwa hal tersebut itu penting. Masalah hari ini adalah tentang ketulusan. Sering kali atau bahkan dari kecil saya sudah diajarkan untuk berlaku tulus di dalam hidup. Saya sempat bingung apa sebenarnya berlaku tulus itu. Apakah sekedar melakukan sesuatu yang kita inginkan? Kalau begitu banyak sekali hal yang saya lakukan dari dulu tanpa ketulusan. Namun hari ini saya merasa ditegur kembali oleh kenyataan bahwa apapun yang kamu lakukan HARUS BERDASARKAN KETULUSAN. Sore ini ada salah satu teman saya yang mengeluh tentang usulan penelitiannya yang ternyata memiliki ide yang sama dengan temannya yang lain. Ia merasa kesal karena ia merasa idenya telah dicuri. Lalu masalah itu akhirnya terdengar juga oleh salah satu dosen saya yang kebetulan ada di ruangan yang sama. Setelah mendengar pokok permasalahannya, ada pendapat yang menarik yang beliau kemukakan. Dosen saya bi

Sang Penari (2)

Gesekan kaki di lantai sudah mulai terdengar. Selendang yang tadinya teronggok di sudut ruangan sudah kembali diikat di panggul. Rambut yang telah lama terurai acak kini kembali terikat kencang rapi, membentuk sanggulan kecil di bagian mahkota kepala. Tubuh yang sempat hanya duduk lesu di tengah panggung, sepertinya sudah siap menciptakan gerakan-gerakan khasnya, yang dulu banyak memikat orang. Lihat! Ia sudah mulai bergerak! Gerakannya semakin mantap, jauh lebih baik dari pada gerakannya yang terdahulu. Musik? Kenapa ruangan ini sunyi? Kenapa tidak ada alunan musik? Dulu bukannya ia baru mau menari apabila ada iringan musik dari pemusik kesayangannya? Lalu mengapa sekarang ia malah menari-nari dengan riangnya tanpa sedikit pun dentingan nada, seakan musiknya ada, tetapi hanya ia yang bisa mendengar? Aku, sang penari, yang dulu tergolek tanpa daya ketika tahu pemusikku pergi mengembara entah kemana dan entah mengapa. Aku, sang penari, yang dulu kerap menunggu pemusik kesayanganku  

Masyarakat Tutu Bersenang-senang

Sekitar pukul tujuh malam, saya mulai membuka lemari pakaian dan merenung sejenak, "Pakaian apa yang akan saya bawa ya?" Banyak hal yang saya khawatirkan. Apakan baju yang saya bawa akan terlalu sedikit? Apakah akan terlalu banyak? Cukupkah? Layakkah? Mungkin hal sederhana dan sebenarnya tidak perlu dipusingkan, tapi buat saya (dan mungkin sebagian perempuan) ini hal penting. Akhirnya setelah memilah-milah, dan sudah pukul delapan, rampung juga bawaan saya yang terdiri dari satu ransel dan satu tas jinjing. Group di BBM sudah mulai ramai dengan janji jam berapa akan berkumpul di Vandani, kostan Hanna. Jam 9, katanya... :) Jam 9 akhirnya saya ke Vandani, dan...belum ada siapa-siapa. Saya menunggu yang lain datang dengan (sok) membaca novel di ruang tamu. Ada kejadian yang menyenangkan tapi biar saya saja yang tahu. Ha ha ha. Akhirnya Aya, Desi, dan Uti datang, disusul Ady, Eja, dan Jati. Yang terakhir sampai itu Rara dan Yudha. Malam sudah menunjukkan pukul setengah dua bela

Nama Belakang

Pak Ari:  Jadi nama kamu itu Audrey Gabriella Si... Audrey:  Udah STOP! Nama saya Audrey Gabriella. Titik. Pak Ari:  Audrey Gabriella Sianakyangbelumngerjaintugasdrama Audrey:  Haduh bapaaaak... *hening* Eh tapi kalo saya udah ngerjain nama saya berubah kan pak? Pak Ari:  Iya. Jadi Audrey Gabriella Siyangbenerajabarungumpulinsekarang Situasi:  Saya bernama Audrey Gabriella. Berhubung saya keturunan batak, jadi saya punya nama keluarga yaitu Sibagariang. Namun berhubung di akta kelahiran nama keluarga tersebut tidak dicantumkan, jadi sampai sekarang saya bersikeras kalau nama saya sekedar Audrey Gabriella.  Satu lagi, saya belum menyelesaikan tugas mata kuliah Drama di semester 5, sedangkan sekarang sudah mau semester 7. Sekian.

Percakapan Ibu dan Anak Perempuannya

Audrey: Mah, kalau misalnya aku punya pacar, kira-kira boleh aku bawa ke rumah ga? Mamah: Boleeeeeh... Audrey: Kalau misalnya jalan bareng? Makan bareng keluarga? Mamah: Oh..kalau yang kayak gitu sih masih lama, harus yang udah deket banget.. Audrey: Mmmm.. baiklah. Mamah: Oh! Kalo sampe udah mau jalan bareng mah musti yang bule kak, atau yang fasih bahasa inggris.. Audrey: Haah? Mamah: Iyaaa, biar bisa nyambung ngobrol sama mamahnya..

Angan tentang Masa Depan

Jika kamu diberikan kesempatan untuk berangan-angan tentang masa depan kamu, apa yang akan muncul di pikiran kamu? Pernah tidak berencana nantinya kamu akan kerja sebagai apa? Pernah tidak kamu berimajinasi tentang bagaimana rumah kamu nantinya? Pernah tidak kamu berpikir bagaimana hari tua kamu akan seperti apa? Kalau saya ditanya hal-hal tersebut, saya bisa menjabarkannya dengan penuh semangat. Di benak saya sudah tergambarkan berbagai cerita yang akan saya tulis di hidup saya. Sang pemimpi, mungkin cocok untuk jadi nama panggilan saya. Ketika membicarakan tentang masa depan, pikiran saya langsung liar berkelana. Kalau diibaratkan kanvas putih yang masih bersih, kanvas itu langsung penuh dengan coretan cat warna-warni. Banyak hal yang menjadi impian saya. Tentang pekerjaan saya, tentang pergaulan saya, tentang pernikahan saya, tentang pendamping hidup saya, tentang rumah masa depan saya, semuanya! Senyum saya langsung terukir lebar kalau sudah membayangkan semuanya itu dan celoteh

kang, foto kaaaang.. :")

jadi, ini yang namanya Kakak Ijal, teman bercanda dan saling menggoda. Teman curhat juga sekaligus teman bermanja-manja. Dia fans beratnya Juventus yang memaksa saya untuk beli jersey-nya juve. I know, it's silly when he said, "Yang penting gue pengen liat lo pake baju juve!" -___- Semoga kali ini kamu benar-benar berpasangan dengan orang yang tepat ya, kakaaak.. SMOOCH! :*

Semua Akan Baik-baik Saja

Semua orang punya urusannya masing-masing. Semua orang punya keperluannya masing-masing. Semua orang punya masalah dalam hidupnya. Kita bisa saja memandang masalah kita lebih berat dari orang lain dan itu tidak salah. Kenapa tidak? Semua orang punya hak menentukan standarisasi beban masalahnya. Bisa saja untuk satu orang adalah musibah baginya kalau keluar rumah tidak mengenakan pakaian yang serasi, yang biasa dianggap oleh sebagian atau banyak orang itu adalah masalah yang sangat sepele. Bisa saja baginya kehilangan anggota keluarga atau sahabat sama bermasalahnya dengan soal pakaian tersebut. Kita tidak bisa bilang, "Masalah baju aja ribet!" Mungkin ia dari kecil dibiasakan berpakaian serba serasi, dari kepala sampai ujung kaki. Yang menjadi permasalahan adalah ketika masalah kita sudah membuat repot orang lain. Kita yang kesal karena masalah kita yang menumpuk, tidak selesai-selesai, lalu orang lain yang jadi korban. Entah mereka jadi orang yang harus ikut membantu agar

Pikiran sehari..

Ada banyak hal yang berkecamuk di pikiran saya hari ini. Dimulai dari bagaimana tidak berminatnya saya untuk tersenyum selama seharian sampai kuliah yang membuat saya banyak berpikir. Bukan berpikir tentang mata kuliah tersebut, namun bagaimana sang dosen banyak menyampaikan hal yang "menampar" benak saya. Saya bukan orang yang seharian akan menekuk otot wajah menjadi cemberut, tapi entah mengapa rasanya hari ini benar-benar tidak ada niat untuk tersenyum tulus. Semua terasa datar, bahkan cenderung menyebalkan. Hanya beberapa orang saja yang berhasil membuat saya nyaman untuk tersenyum tulus. Sepertinya saya mulai sadar apa yang membuat saya seperti ini. Saya jenuh. Kejenuhan akan kegiatan yang itu-itu saja, bertemu dengan orang yang itu-itu saja, berada di tempat yang itu-itu saja. Semuanya menumpuk dan puncaknya hari ini. Lalu saya masuk ke kelas yang berdosen ajaib. Saya selalu mendapatkan hal yang baru setiap mengikuti kelas beliau. Terkadang omongan beliau suka ngalor-

ketika emosi mencapai titik ter...

Hari ini saya mau cuhat lagi ah. Setelah cerita tentang si Bapak Bacot saya belum cerita apa-apa lagi kan ya? Ha ha. Saya mau cerita tentang bagaimana emosi saya sedang dipermainkan hari ini. Maklum, lagi dapet jatah wajib bulanan sebagai perempuan, emosi sehari ini berasa terombang ambing. Sedari pagi gak ada hal spesial yang bikin saya senang berlebihan atau kesal berlebihan. Semuanya terasa datar saja. Oh, hampir saja lupa, tadi pagi saya mengantarkan teman saya, si Richie Amabela ke AMC karena dia harus operasi kuku kakinya. Sehabis dari rumah sakit saya langsung berangkat ke kampus. Semuanya baik-baik saja, sampai saatnya saya dan beberapa teman yang sedang ditraktir makan sama dosen mendapat kabar buruk tentang acara seminar yang telah lewat. Akhirnya saya harus balik lagi ke kampus, jam 6 sore. Setelah sampai di kampus, dengan kelelahan, saya dapet kabar tentang adanya masalah dengan baligo acara seminar kami. Jadi ceritanya waktu kami mau pasang baligo kami sudah sepakat untu

Bapak Bacot

Selamat malam dan malam ini saya ingin sekedar bercerita. Entah cerita ini penting atau tidak, tapi buat saya ini sesuatu yang harus saya tuangkan dalam tulisan agar saya selalu ingat akan kejadian hari ini. Ceritanya lucu atau tidak, yang pasti kejadian hari ini random sekali buat saya. Jadi ceritanya begini. Hari ini, saya dan dua teman kostan saya, secara dadakan jalan-jalan buat nyari kostan di daeran Caringin, Jatinangor. Kostan yang kami cari itu ya susah-susah gampang, karena kami maunya kostan yang bisa disewa per bulan. Setelah menyambahi beberapa kostan, sampailah kami di satu kostan yang menarik perhatian kami. Kalimat pertama yang keluar dari mulut kami adalah, "Eh, kayaknya kece nih kostan.." karena memang kostan itu terlihat rapi dan bersih dari luar. Setelah mengetuk beberapa kali, keluarlah si empunya kostan yang ternyata seorang bapak-bapak. Kami dipersilakan masuk ke ruang tamu dengan alasan "kita sharing dulu sebelum melihat-lihat ke dalam". Kam

Senyum untuk siapa?

"Kenapa sih kamu gak mencoba untuk jadi ini? Kamu bagus tau di bidang itu.." "Kamu di bagian ini aja ya. kamu kan orangnya rame, pasti bisa.." "Kayaknya kamu bagus deh kalo arahnya ke sana, pas sama kepribadian kamu.." "Mendingan kamu gini aja. Eh, gitu aja deh, lebih bagus!" Banyak sekali orang yang berlaku seperti ini terhadap saya. Kadang saya cuma bisa menanggapinya dengan senyum, tapi tidak jarang saya malah mengikuti apa kata mereka. Seringnya memang keikut dan ujung-ujungnya saya menyesal. Haaah, penyesalan memang ya, selalu datangnya terlambat. Sekali-kali datang tepat waktu kek! Saya bukan orang yang selalu menurut, tapi saya juga bukan pemberontak. Saya cenderung....ingin lihat orang lain senang. Terkadang saya takut akan tanggapan orang lain, tapi saya lebih sering tidak peduli. Namun akhir-akhir ini, melihat orang tersenyum karena saya membuat saya berpuas diri. Jadi, boleh mungkin ya bikin orang tersenyum walau saya tidak

Telur Asin

Makan siang yang saya nikmati siang ini hanya sedikit nasi ditemani satu telur asin dan abon sapi. Sederhana bukan? Tapi ketika saya menikmatinya di kamar kostan saya yang hening, yang hanya ditemani suara TV, makanan itu menjadi nikmat sekali. Pastinya juga, makan siang saya akan dianggap mewah oleh orang-orang yang belum bisa menikmati makanan seperti saya. Yang masih harus berada di luar sana, bekerja demi mengenyangkan perut mereka atau keluarga mereka juga. Terima kasih, Tuhan. Kamu tahu apa yang saya perhatikan dari menu makan siang saya? Telur asinnya. Mungkin agak aneh kenapa telur asinnya menjadi fokus perhatian saya. Saya sudah menyimpan telur asin itu hampir 2 minggu di kulkas. Ketika tadi saya membelahnya menjadi dua, yang saya dapat adalah tekstur kuning telurnya tidak seperti biasanya. Teksturnya berubah, dari yang seharusnya utuh menjadi lebih lembek dan berminyak. Awalnya saya khawatir kalau-kalau telur asinnya sudah tidak bagus lagi, tapi ternyata rasanya tetap sama

Sang Penari

source: pinterest.com Saya belum bisa menari lagi setelah kehilangan dentingan musik darimu. Dentingan musikmu paling tepat untuk mengiringi segala jenis tarianku. Tubuhku dapat bergerak tanpa malu, tanpa ragu, tanpa takut bila diiringi oleh alunan nada darimu. Alunan nadamu membuatku tersenyum dengan senyum yang terbaik. Kadang alunanmu membuatku sedih, namun tak terhanyut. Justru membangunkan aku dari segala mimpi dan menyadarkanku agar bangun untuk kesekian kali dari kejatuhan. Musikmu yang terbaik, dapat membuatku menari seakan tidak ada yang melihat, tidak ada yang menonton tarianku. Alunan musikmu lembut, aku terbuai setiap aku mendengarnya, dan sekejap saja kakiku sudah menyambahi lantai untuk menciptakan gerakan baru. Banyak pemusik lain yang mencoba menggantikan alunan musikmu. Mereka menawarkan musik yang beragam, yang mereka bilang akan menjadikan aku penari terbaik. Menjadikan aku penari yang lebih baik dari yang dulu. Namun ketika menjalani latihan, mereka berbohon

surabi cibiru

Malam ini saya diculik oleh teman saya, M Dika Septapa, untuk wisata kuliner malam-malam. Dan hasilnya Surabi.. :)

Antara hitam dan putih..

Apa sih yang pertama kali kamu pikirkan kalau mendengar kata 'HITAM'? Gelap? Mistis? Gothic ? atau apa? Lalu apa yang ada di imajinasi kamu ketika saya menyebutkan kata 'PUTIH'? Terang? Suci? Bersih? Pikiran dan imajinasi setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengatakan hitam itu melambangkan sesuatu yang jahat, buruk, tidak sebersih putih yang melambangkan kesucian, ketenangan, kebaikan, dan sebagainya. Lalu bagaimana kalau saya mengatakan bahwa hitam tidak selalu buruk dan putih tidak selamanya baik? Kalau orang berkata 'Hitam', yang pertama kali saya bayangkan itu gaun hitam polos untuk pergi ke pesta, lengkap dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam juga. Riasan make up saya juga ada sentuhan warna hitam di kelopak mata. Tas jinjing berwarna hitam mengilat sudah pasti ada di tangan. Lalu apa yang saya lihat? Sesuatu yang indah, serba hitam memang, namun glamor. Lalu apa lagi yang saya bayangkan? Hmmm..saya bisa melihat langit yang gelap namun penuh dengan tabur